Namaku Lena. Aku gadis remaja 17 tahun yang sangat menghargai hidupku. Kalian pasti mengira kata " menghargai hidup " sama halnya dengan sayang dengan kehidupan kita sendiri. Kalian salah. Aku terlahir dengan orang tua yang berpisah entah dimana. Ibuku seorang penjual kue keliling, dilain sisi ayahku entah pergi kemana. Lingkungan tempat tinggalku sangat berbeda dengan lingkungan tempat kalian tinggal. Kalian bisa menyebutnya, Rumah Bordir.
Meski aku tinggal dan bermukim di lingkungan yang menurut kalian sangat tidak layak untuk ditinggali, tapi aku senang tinggal disini. Disini selalu ramai, aku menyukai tempat gemerlap seperti ini. Ibuku memang bukan pelacur, dia mencari uang dengan keringatnya sendiri. Namun semua berubah ketika ia muai menemukan dambaan hatinya dan meninggalkanku, ironis sekali. Alasannya si hidung belang yang menggaet ibuku tak mau aku bersamanya. Huuhh !
Hari demi hari kulewati. Sendiri. Yaaa hanya sendiri. Aku bosan hidup seperti ini. Aku tak mau terus terusan menjual kue seperti apa yang diajaran ibu. Toh dia juga tak peduli lagi dengan aku, malah ia sekarang sedang bergulat kasih dengan si Hidung belangnya. hemmbbb....Aku yang harus merubah bagaimana aku hidup. Oke, Aku siap...
Rambut panjang kecoklatan, mata hitam yang kupasangi softlens berwarna biru, tubuh tinggi langsing, kulit putih dan pakaian minim. Ahh aku siap untuk menjual diriku dan mendapatkan uang. Pertama-tama ku jejakan langkah kaki ini di setiap rumah bordir, haahh ! aku malah diusirnya. Kata mereka, aku masih sangat kecil dan ingusan. Heyy !! lihat kalian yaa,,aku bisa melebihi kalian. Huhh !! Pergilah aku pada suatu tempat dan aku bertemu dengan pria yang bernama, Roy. Saat ini ialah mucikariku. Ia yang menawariku pada bos-bos kaya meski tak tampan namun uangnya cukup membuat aku berliur.
Minggu demi minggu aku jalani profesi ini. Aku punya apartemen sendiri, mau belanja apapun tinggal gesek. Ahh nikmatnya hidup ini. Aku sangat menghargai hidupku. Tapi pada suatu waktu, hujan turun sangat deras. Sialnya lagi aku lupa membawa payung, hahhh bodohnya aku ini. Ehh tapi dari arah belakang ada seseorang yang tepat berdiri menghadapku. Dengan sigap aku langsung melihatnya, Oh Tuhann mengapa engkau turunkan malaikatmu siang hari gini. Dia sangat tampan, satu-satunya dari seribu lelaki yang aku tiduri, ia paling perfect. Lelaki biasa, biasa biasaaaa. Hembb...ia meminjamkan aku sebuah payung hitam cantik, ahh senangnyaa....
Aku mengikutinya pulang, hihihi aku sangat menyukainya. Tapi ia tak menoleh sama sekali ke arahku. Hemmbb...
Saat itu hari minggu, aku berniat ke tempat yang sama waktu aku bertemu dengannya. Berniat mengembalikan payung pinjamannya. Toko bunga ? untuk apa ia toko bunga. Ahh itu dia. Dengan wajah tersenyum aku melambaikan tanganku. Tapi lagi-lagi ia mengacuhkanku.Aaarggghhh...!!
" ini aku kembalikan payungmu, terimakasih", sapaku sambil menjulurkan payungnya.
" oh", jawabnya singkat.
Apaaa ? hanya oh ? Ohh Tuhaan...mengapa malaikatmu hanya bisa berkata " oh " di hadapanku. Hemmb..sungguh misterius orang ini. Tapii...AKU MENCINTAINYAAAA.... ^^
Hari ini hari rabu, aku menolak semua panggilan " job " ku. Tentu saja aku ingin menemui pangeran berwajah dingin itu. Ahh tapi, ada apa dengan perutku ? sakit sekali rasanya. Bersamaan dengan sakitnya kepalaku. Aku tak kuaatt.........
Aku tersadar sudah dalam keadaan berada pada ruangan putih. dimana aku ? pangeranku ? aku harus menemuinya. Tapi rasa sakit dikepala dan perut ini seakan menahanku untuk terus tinggal dan berdiam diri. Ibu ? mengapa ibu disini ? ternyata ibu yang membawa aku kemari. Ke rumah sakit, untuk apa aku dibawa kerumah sakit ini ?
Aku melihat ibu berlari memelukku ketika ia sadar bahwa aku sudah siuman. Aku semakin bingung..Ada apa ini semua.
" ibu, untuk apa ibu datang ke apartementku ? darimana ibu tau aku tinggal disana ?", tanyaku dengan tegas.
" ibu merindukanmu anakku, ibu mencari tahu keberadaanmu, tapi mengapa kau sampai tersesat begini?", ibu terisak sedih
" semua gara-gara ibu, aku harus hidup tanpa ada yang membiayai aku, dari mana aku mendapatkan uang?", bentakku
" tapi bukan dengan cara seperti ini sayang".
" ahh sudahlah...toh ibu tak akan tau bagaimana perjuangan hidupku".
" tapi saat ini kau menanggung semuanya nak, ibu gak kuatt", tangis ibu.
Apa maksud ibu ? apa yang aku tanggung. Dalam hati aku bertanya-tanya. Ada apa dengan diriku ?
Semua kehidupanku berakhir disini. Dokter memvonis aku menderita HPV (Human papilomavirus) dan menyarankanku untuk berhenti melakukan hubungan sex karena umurku yang singkat. Singkat. Yaaa sangat singkat. Selain dokter memvonis aku mengidap HPV, dokter juga menemukan tumor ganas di otakku. Tapi dokter bukan Tuhan, ia hanya menjalankan profesinya dan membaca apa yang ia ketahui. Aku tetap Lena, gadis remaja berusia 17tahun yang siap meninggal kapanpun aku dipanggil oleh sang Kuasa. Tapi satu keinginan yang saat ini belum sempat aku tuntaskan. Siapa nama pangeran misterius berwajah dingin itu ? Aku mencintainyaa...
#Surat untuk sang pangeran
Haii...beribu kali aku ucapkan untuk sekedar melihat sunggingan senyum indah di lengkung bibirmu. Kau orang pertama dan terakhir yang aku cintai. Aku tak sempat memanggilmu sayang, aku tak sempat mengutarakannya padamu. Tapi aku harap kau tahu dari surat ini. Aku tak banyak berkata, aku begitu sangat mencintaimu. Saat aku pertama kali melihatmu, hatiku bergetar hebat. Tanganku dingin, mataku tak bisa berkedip, bibirku kelu seolah-olah kau menyihirku dengan semua pesonamu. Aku berharap bisa bertemu denganmu lagi, dikemudian hari. Aku titipkan surat ini pada pemilik toko bunga tempat kau biasa mampir. Aku tahu kau akan ke toko bunga itu, meski aku harus berjalan ribuan mil jauhnya untuk mengirimkan surat ini untukmu, tapi aku tak sanggup jika harus memberitahukanmu siapa aku. Haii..kau yang sedang membaca surat ini. Bila waktu berpihak padaku lagi, aku akan mengunjungimu selalu. Aku Lena, aku seorang pelacur yang sangat mencintai seorang lelaki biasa sepertimu dan harus bernasib buruk karena penyakit kelamin dan tumor ganas yang menggerogoti sebagian tubuh indahku. Terima kasih karena telah memayungiku dari hujan deras waktu itu, terima kasih karena telah meminjamkan payung untukku. Dan terima kasih telah hadir dihidupku. Terima kasih Tuhan, saat ini kau boleh ambil nyawaku, karena semua keinginanku sudah aku penuhi. Terima kasih Tuhan, Hidupku indah.
Pelacur yang mencintaimu,
Lena
mengharukan. paling sakit emang kalo perasaan itu tak berrbalas :(((
BalasHapusiyaaa puu...Hehehe...tapi jangan menyerah. Beri tahulah perasaanmu kepada org yg km cintai, sbelum ia pergi dan kau tk sempat mngutarakannx... :)
BalasHapus