Rabu, 14 Maret 2012

Kisah pilu seorang sahabat

Tersungkur aku menemukan telaga jernih yang kau ciptakan untukku. Tak lupa kau menancapkan beberapa benih tanaman yang akan menjadi tempat berteduh kita dikala panas. Teman, andai kau tahu. Kau lebih dari oase yang langka di gurun pasir. Kau lebih dari sekedar mata air yang ada diantara bentala mati. Harusnya kau sadar itu, namun kau terlalu terhanyut oleh rayuan duniawi yang membuatmu membenci pertemuan kita...

" Heyy...ini kubelikan kau sebuah patung balerina cantik bergaun ungu. Kau pasti suka".
" Apa ?? hanya ini ? aku sudah punya banyak dirak gudang rumahku".
" ooo...kalau begitu mari kita buang semua yang ada di gudang rumahmu, lalu letakkanlah pemberianku ini untuk kau pandang setiap kali kau ke gudang ? bolehkah ? "
" Entahlah...itu semua sampah bagiku. Dan akupun jarang sekali menyambangi gudangku"," sudahlah kau simpan saja barang itu, toh aku punya barang yg lebih bagus dari itu".

Ku berbalik melangkahkan kaki , berharap ia memanggilku untuk sebuah kata maaf yang kini ku nanti. Namun penantian tiap langkahku tak berbuah manis. Dia pergi dengan menggandeng sebuah tas berisikan banyak sekali barang-barang mewah yang aku tak bisa beli untuknya. Maafkan aku.

*beberapa tahun kemudian

Aku berdiri tepat dibawah matahari yang saat itu sangat panas. Sangat menyengat kulitku. Ohh...aku lupa tak membawa payung untuk sekedar melindungiku dari teriknya matahari. Tunggu...siapa wanita berpayung ungu itu ? sepertinya aku mengenalnya....

" Hallo..apa kita pernah bertemu sebelumnya ?", tanyaku padanya

Aku tersentak dengan kaget setelah aku tau dia pergi menabrakku. Aku terjatuh di jalanan yang semakin panas akibat teriknya matahari siang ini. ohh...aku semakin bingung. Siapa sebenarnya wanita itu ?

Ku ikuti dia yang sedari tadi mengetahui bahwa aku mengikutinya. Aah..dia berhenti.

" Heyy kau ! untuk apa kau mengikutiku ? ", bentaknya sambil mengarahkan telunjuknya ke wajahku.
" ahh..ehh..aku hanya ingin berkenalan denganmu, karena kamu mirip sekali dengan sahabatku dulu", jawabku dengan gugup.
" Pergii sana !! aku tak butuh teman ! aku hanya butuh uang ! kau punya uang tidak ?", jawabnya lagi.
" ohh..ini. aku ada sedikit tabunganku. Bisa kau pakai. Mari berteman ?", pintaku sambil mengulurkan tangan.
" ahhh....Sudahlah ! mana sini uangnya !", rebutnya

Satu yang aku sadari darinya. Gantungan bunga warna ungu yang dulu sempat aku berikan padanya saat ia berumur 10 tahun. Masih tergantung manis di tasnya yang semakin menua. Tak perlu kau menyebutkan siapa dirimu, aku tau kau masih mengingatku, meski itu hanya sebuah tanda yang tak perlu kau tunjukan padaku. aku tau itu kau, aku tau kau masih mengingat semua kenangan indah persahabatan kita, dan aku tau kau hanya tersesat, sahabatku. Tenang saja, aku akan selalu menjadi bayanganmu yang selalu ada meski kau tak membutuhkanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar