Senin, 18 Februari 2013

Papa itu...

Apa yang ada di benak kalian jika aku berkata " Papa " ?

Seorang manusia biasa yang terkadang menjengkelkan, angkuh, egois, seenaknya, atau apalah itu. Seorang lelaki yang menurutku sangat labil dengan sikapnya.

Singkatnya, aku sangat bingung pada sosok lelaki ini. Terkadang ia sangat keras padaku, namun terkadang lembutnya melebihi sosok seorang mama. Keberadaannya memang tak sesering mama yang selalu menemani disaat suka maupun duka. Tapi, tahukah kamu ? Satu hal yang membuat aku mengubah cara pandangku pada sosok ini. Ia gengsi, gengsi harus khawatir, care, peduli dengan anaknya, terutama aku, anak perempuannya. Terkadang aku berfikir, ia mendidikku keras karena ia tak sayang padaku, tapi aku salah besar. Sikapnya yang seperi ini membuatku tumbuh menjadi gadis yang bertanggung jawab, gadis yang tak mudah menyerah dan gadis yang mandiri.

Malam tadi, disaat aku sedang sakit dan kebetulan persediaan obat dirumah sedang habis, papa dengan khawatirnya menanyakan padaku, apa aku demam ? apa aku pusing ? tanpa pikir panjang, berangkatlah ia ditengah malam yang dingin itu, membelikan sebuah obat untukku. Terharu....

Aku sadar, aku tak mungkin dapat membalas semua yang telah ia berikan padaku, pengorbanan, perjuangan tanpa kenal lelah, berangkat pagi pulang petang hanya demi untuk dapat membayar sekolahku dan menjadikan anak-anaknya orang yang berguna kelak dikemudian hari...

Aku sadar, bahkan kehadiranku hanya membuatnya repot, atau bahkan permintaanku yang selalu membuatnya berat untuk berkata " TIDAK "...

Tapi satu pintaku pada Allah SWT, pinta setiap anak untuk kedua orang tuanya...
... Panjangkan umur kedua orang tuaku ya Allah, Hapus segala dosa-dosanya ya Allah, Panjangkan umurku ya Allah, sehingga kelak mereka dapat berdiri denngan bangganya ketika aku mendapat gelar sarjana dan mendapat pekerjaan baik serta bersanding dengan seorang suami yang dapat menggantikan sosoknya sebagai seorang papa...

Tahukah kamu ?
Seorang papa akan merasa cemburu bila ada lelaki yang menyita perhatian putri kecilnya yang mulai beranjak dewasa...
Seorang papa akan merasa tersaingi jika putri kecilnya selalu membanggakan sosok lelaki pilihannya...
Seorang papa akan pura-pura tak peduli pada anaknya, namun sesungguhnya mereka gengsi menunjukan itu...
Seorang papa selalu menunggu anaknya di depan pagar karena pulang malam dengan seorang lelaki...
Seorang papa selalu bersikap garang dan keras pada setiap lelaki yang mendekati putrinya, hanya karena ia tak ingin putri kecilnya disakiti oleh lelaki manapun...
Dan seorang papa akan meneteskan air mata ketika ia harus melihat putri kecilnya kini tumbuh dan menjadi wanita dewasa serta diminta oleh sang kekasih untuk menjadi pendamping hidup...putri kecil yang ia jaga selama bertahun-tahun kini akan memulai hidup dengan orang lain yang ia restui dan setujui...

Ketahuilah...
Sosok seorang papa melebihi dari apa yang tak kau ketahui...




AKU SAYANG PAPA

Rabu, 13 Februari 2013

Aku memaafkanmu, Ibu...

Ibu...
Aku merindukanmu...
Kemana aku harus mencarimu, melihatmupun aku tak pernah...
Teman-temanku pernah berkata, aku anak haram...
Apa itu benar, ibu ?
Maafkan aku ibu, karna aku hadir tanpa keinginanmu...
Aku sangat iri pada teman-temanku yang begitu nyaman berada dipelukan ibunya...
Kapan aku seperti itu ibu...?
Maafkan aku ibu jika aku sering sekali membuatmu tersakiti selama aku berada di dalam perutmu...
Maafkan aku ibu, aku tak pantas menjadi anakmu...

Seandainya, kau bersama seorang lelaki itu mengucap janji sehidup semati..mungkin aku tak mungkin berada di tempat gelap dan pengap ini...Aku sendiri ibu, aku kesepian. Mengapa kau menaruhku di tempat sekeji ini ? Aku nakal ya bu, atau aku bukan anak yang berbakti ? Ibu... Ibu... Ibu... aku lelah menangis... tak ada seorangpun yang mendengar rengekanku... Ibu sedang apa disana ? Apa ibu memikirkanku, apa ibu sehat disana ? Aku sangat merindukamu buu...

Tuhan...
Ijinkan aku bertemu dengan ibuku...
Ijinkan aku membuatnya bahagia, walau sebenarnya aku malah membuatnya sengsara...
Tuhan...
Mengapa kehadiranku sangat dibenci ibu ?
Apa aku nakal ?
Apa aku bandel ?
Aku bahkan tak tahu nama ibuku sendiri, betapa bodohnya aku...
Maafkan aku ibu...

Aku selalu menangis setiap teman-teman mengatakankku anak haram, Apa itu anak haram ibu ?
Aku tak minta untuk dilahirkan bu...
Aku sudah ada begitu ibu bernafas dan jantung ibu berdetak...
Aku menjadi bagian dari ibu...
Tapi sekarang tidurpun aku tak tenang...
Tapi...
Kini Tuhan sangat baik padaku, menjagaku, melindungiku, dan memintaku untuk memaafkanmu ibu...

Ibu...
Siapapun kamu diluar sana...
seperti apapun sosokmu...
Kau tetap ibuku...
Aku menyayangi ibu... Lebih dari apapun...
Ibu...
Baik-baik ya disana...
Kini aku bahagia bersamaNya...

Senin, 11 Februari 2013

Kamu !

Ketika semua sudut tak mampu mengalahkan perhatianmu...
Ketika semua cahaya tak mampu menepis bahagiaku...
Meski hanya pesan singkat yang kau kirimkan di tengah malam itu...
Mampu membuat lengkungan indah penuh artiku menjadi berseri-seri...
Begitu hebatnya kamu sehingga mampu membuat semua rangsangan inderaku tertuju pada ponsel ini...
Magnet apa yang kau miliki, wahai penampung rinduku ?
Sayup-sayup menjelma menjadi bongkahan cinta...
Aku terharu...sangat terharu...
Mencintaimu... Merindukanmu...
Begitu nikmat...
Sayang...

Jumat, 08 Februari 2013

Kamu (bukan teman)

Teman...
Teman itu bukan unsur yang bisa dibeli...
Teman itu bukan makna yang bisa ditukar...
Teman itu bukan benda yang menyerupai...
Dan teman itu bukan kamu...

Kamu...
Kamu itu waktu yang memanfaatkan waktu...
Kamu itu celah yang menumpang pada jendela usang...
Kamu itu rengekan manja yang selalu ingin dimengerti...
Dan kamu, bukanlah teman...

Entah sejak kapan aku mengenalmu jauh sebelum saat ini mereka mengenalmu...
Namun rasa sakitnya sama seperti mereka mengenalmu baru-baru ini...
Tak pantas kau kujadikan tempat bahagia bercandaku kini...
Aku terlalu lelah menaruh senyum yang tak pernah kau anggap...
Kau membutuhkanku, namun kau tak pernah anggap aku ada...
Naas sekali...
Kamu (bukan teman) ijinkan aku lepas dari belenggu pemanfaatanmu...
Aku terlalu lelah menjadi budak dalam hidup indahmu...
Pergilah kau benalu !!

*buat kamu yang merasa disakiti oleh teman yg kini bukan temanmu 

Minggu, 03 Februari 2013

Terima Kasihku pada Sang Maha Cinta

Kamu tahu aku tak pernah bisa menulis sebuah buku diary...
Dan kamu tahu itu sudah terjadi sejak beberapa tahun silam saat aku masih menduduki posisi sahabat dihidupmu...
Kini kau ajarkan aku menulis buku diary yang sejatinya aku bingung harus kutulis apa...
Aku tak pernah tahu bagaimana aku menceritakan apa yang aku alami tanpamu...
Apa aku terlalu bodoh sehingga hanya prosa dan puisi yang aku bisa ? apa aku terlalu puitis ?

Malam itu, aku berada di rumahmu...
Aku merenungkan semua di dalam kamarmu yang sejatinya aku betah berlama-lama disini...
Tawa, canda, suka, duka semua kita rasakan disini...
Kurangkum dalam sebuah ilusi sesak semata merindukanmu....
Aku merindukanmu mas... Sebisa mungkin aku selalu main ke rumahmu, bersama keluargamu seakan aku tak pernah puas berada sebentar disana...mungkin aku terlalu mencintaimu...

Terima kasihku pada Sang Maha Cinta Allah SWT yang telah menciptakanmu dari cinta, kasih sayang, kesabaran dan kesetiaan...
Terima kasihku pada ibumu yang telah melahirkanmu dengan berbagai kebahagiaan...
Terima kasihku pada ayahmu yang telah mendidikmu hingga kau menjadi lelaki yang kubanggakan...
Terima kasihku pada keluargamu yang telah mengajarkanmu arti memiliki hingga saat ini...
Terima kasihku pada kedua orang tuaku yang telah mengijinkanku menjalin suatu hubungan serius denganmu...
Terima kasihku pada Negara yang kini telah mempercayaimu sebagai Abdinya...
Dan...

Terima kasihku padamu yang telah memilihku untuk menemani dan mendampingimu dari dulu, saat ini, hingga selamanyaa....
Setiap detiknya, aku selalu bersyukur pada Allah SWT, telah mempertemukanmu denganku...
Do'aku tak pernah putus untuk kusematkan disetiap hembus nafasmu....
Terima kasih Tuhan... Terima kasih, bahagiamu kini telah sampai padaku :)

Jumat, 01 Februari 2013

Maafkan aku, Ardi

Cinta yang ku bangun atas dasar paksaan orang tua, membuatku harus kehilangan separuh belahan jiwaku pergi. Ardi, ya seorang abdi negara yang sangat aku cinta. Kedatangannya selalu ku nanti di depan pintu rumahku. 2tahun aku membina hubungan cinta dengannya, dan berharap akan berakhir pada pelaminan. Namun, keadaan seakan tak pernah ada di pihakku.

Kala itu kedua orang tuaku datang menemuiku di kamar
" Sinta sayang, mama sama papa mau bicara nak sama kamu ", mama memulai pembicaraan
" iya, ada apa ama ?", jawabku
" Sinta sayang kan sama mama dan papa ?", tanya mama
" tentu ma, jelas. Ada apa sih ma ?, jangan bikin sinta takut ", jawabku dengan mulai khawatir
" gini sayang, kalau Sinta sayang sama mama dan papa, Sinta pasti mau membahagiakan mama dan papa, ya kan ? mama dan papa mau minta tolong sama kamu, buat...", tiba-tiba perkataan mama terhenti dan disambung oleh papa
" buat memutuskan hubungan kamu dengan ardi ", tegas papa
Aku terdiam. aku bingung. Motif apa kedua orang tuaku yang dulunya sangat menyukai dan membanggakan Ardi, berubah malah menyuruhku untuk memutuskan dia. Apa salahnya ?
" Apa ??? kenapa ma ? pa ? apa salah Ardi ?", tanyaku beruntun
" Mama dan papa sudah menjodohkan kamu dengan anak temen papa dulu sayang. Ketika kamu masih kecil, kami berjanji akan menjodohkan kamu dengan anaknya ", jelas mama

Seakan ini memang tak pernah adil untukku, juga untuk Ardi.

Keesokannya, papa menyuruh Ardi yang kala itu sedang pesiar datang kerumah. Papa dengan berat hati membicarakan rencananya di depan Ardi. Saat itu aku hanya menangis di kamar, aku tak kuasa melihat wajah Ardi yang kala itu mendengar papa berbicara.

Bbraaaakkkkk !!!

Apa itu ? seketika aku keluar kamar. Ardi yang aku kenal seorang yang sabar dan pendiam, berubah menjadi seorang yang kasar. Ia menjatuhkan Pet ( topi ) di meja ruang tamu. Aku hanya bisa menangis dan terus menangis melihat dia seperti itu. Lalu dia pergi.

Kini delapan tahun sudah aku membina rumah tangga, namun tak kunjung mendapatkan putra. Aku mendengar kabar bahwa Ardi yang saat ini berdinas di Ibu Kota tak kunjung memiliki seorang pendamping. Maafkan aku Ardi, aku telah membuat kau membenci kota Pahlawan ini, sehingga selangkahpun kau tak pernah mau menginjakkan kaki ke kota tempat dulu kita memupuk cinta. Maafkan aku Ardi, kiranya kini aku ingin kau juga bahagia disana meski kita tak akan pernah bersatu. Maafkan aku Ardi, aku tak bisa mempertahankan cinta yang pernah kita jaga bersama, maafkan aku Ardi... maafkan aku.... maafkan aku...
Aku akan mencoba mencintai suamiku seperti aku mencintai kamu, walaupun tak akan pernah sama.

Diangkat dari kisah nyata seorang teman yang kini telah dikaruniai seorang anak laki-laki :)