Minggu, 12 Januari 2014

Jangan Menyerah, Ayu... Janji ?

Sore itu disebuah restoran cepat saji di kawasan pusat kota...
Entah mengapa hujan tak kunjung reda...
Berdiri seorang wanita dengan wajah sendu dan baju yang basah kuyup di guyur hujan...
Namun ada sebuah awan hitam memayungi ia dengan teduhnya...
Sinarnya tak nampak cerah...
Kuhampiri ia lalu ku payungi ia dengan tatapan sayu ia berkata...

"Terima Kasih..."
"Ada apa ? ku lihat hujan cukup deras, apa kau tidak membawa payung ?", tanyaku

Namun ia hanya menggelengkan kepala...
Ku ajak ia masuk ke dalam restoran cepat saji itu...
Waktu terbuang cukup lama disana..
Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya...
Ada apa sebenarnya dengan wanita ini ?

"Terima kasih karena telah menemaniku dan memberikan sedikit perhatian padaku. Boleh aku pinjam sebentar waktumu untuk menemaniku disini ?", tiba-tiba ia membangunkan lamunanku tentang dirinya.
"Ah... iya. Maaf boleh aku...". Belum sempat ku akhiri kalimat tanyaku, ia sudah memulainya kembali.

"Namaku Ayu... Entah mulai darimana aku harus bercerita. Jika saja kau tahu, cinta membuatku menutup mata dan percaya pada 10 tahun silam. Ketika itu usiaku tak lebih dari 15 tahun. Dia ketua kelas pada saat sekolah menengah pertama dulu. Dan aku sekertaris yang selalu ada disampingnya. Ah... kau punya jam ? Boleh kau putar sebentar saja, kembalikan aku pada masa itu ?", tuturnya. Jelas saja aku terperanjak kemudian melihat sekilas pada jamku yang menunjukan pukul 14.00 WIB.
" Sudahlah... aku hanya bergurau padamu. Aku hanya belum bisa melupakan semua kenangan indah pada masa itu. Ku jalani semua dengannya sehingga kini ia memberiku kehidupan cinta yang sebenarnya. Ia kenalkan aku pada agama yang kita anut bersama. Ia jadi imam terbaik setelah bapakku. Tapi...", kemudian bibirnya mengatup, kata-katanya terhenti seketika.
"Tapi.. kenapa ?", tanyaku penasaran.
"Kini ia tak lagi bersamaku. Keputusan orang tuanya yang tak dapat ia ingkari, membuatnya meninggalkanku di tempat biasa kita bertemu. Disini... Setiap siang hingga senja di penghujung hari. Aku selalu duduk menunggunya datang. Bubur ayam menjadi makanan kesukaannya ketika sedang bersamaku. Entah apa yang ada di benak kedua orang tuanya sehingga memaksanya untuk meninggalkanku. Satu dekade bersamanya bukan merupakan waktu yang singkat. Setiap sudut kota selalu terdapat bayangannya. Celoteh khas yang selalu menanyakan ' kamu sehat ga ? ada masalah ?'. Aku merindukan setiap apa yang ia lakukan dulu dan saat ini. Menurutmu, apa yang harus aku lakukan ?", tanyanya kembali membuyarkan lamunanku.
"Ahh...uhmm... menurutku kau harus ajak ia untuk berjuang. Berjuang bersamamu. Kau mencintainnya bukan ? jika ia, ajaklah ia", saranku.
........

Seketika ia hanya diam dan tak berkata apa-apa. Wajahnya ditekuk sehingga aku tak dapat melihat wajahnya yang ayu seperti namanya. Apa tadi aku salah bicara ? Astaga.. jangan-jangan ia tersinggung dengan kata-kataku barusan. Aku harus minta maaf, tapi bagaimana menyampaikannya ? ah pokoknya aku harus minta maaf. 1...2...3...
"Sudahlah, kau tak perlu merasa tidak enak. Aku menghargai saranmu, tapi jika ia tak mau berjuang denganku, bagaimana ? apa aku harus tetap bersikeras memaksanya ?", untuk kesekian kalinya ia mengagetkanku.
"Ayu... di dunia ini hanya ada 2 pilihan. Baik-buruk, kanan-kiri, atas-bawah, hitam-putih. Kau tak perlu mencemaskan itu. Kau hanya tinggal memilih, maju selangkah atau mundur seribu langkah. Dia bukan tidak mau berjuang denganmu, ia hanya sedang memikirkan strategi apa yang harus ia tempuh bersamamu ketika kamu dan dia memperjuangkan kebahagiaan di depan orangtuanya nanti".
"Iya.. dia sedang memikirkan strategi. Tapi apa perlu ia memikirkan sendiri ? lalu meninggalkan aku ???!", tanyanya padaku dengan nada tinggi.
"Terkadang orang membutuhkan waktu sendiri untuk berdebat dengan dirinya sendiri. Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Kadang hati dan pikiran tak pernah bisa menyatu. Itulah sebabnya tempatnya sangat berjauhan di dalam tubuh ini. Kau tak pernah tahu, letak jantung yang berada di tengah-tengah antara hati dan pikiran. Jantung bekerja sebagai penengah ketika hati dan pikiran tak lagi menyatu. Disanalah arti hidupmu berada. Tanpa detak jantung, kau tak akan berada di depanku kini. Begitulah posisi lelakimu, ia hanya sedang berusaha menyatukan pikiran, jantung dan hati. Agar suatu hari nanti, ia siap untuk mempertahankanmu di hadapan kedua orangtuanya".

Senyumnya tampak sedikit menyudut di lekukan bibir tipis itu...
Akhirnya aku dapat membuat sedikit goresan warna cerah di wajahnya...
"Beruntungnya aku hari ini bertemu denganmu. Kamu dan sejuta nasehat untukku. Lalu, menurutmu setelah ini aku harus apa ?", tanyanya lagi padaku.
"Kau masih bingung kemana kau mengadu atas semua keluh kesah dan cobaan hidup ini ? Allah SWT, tempat terbaik dimana semua masalahmu menemui jalan keluar. Allah SWT tidak akan meninggalkanmu seperti lelakimu meninggalkanmu. Sujudlah padaNya, minta petunjuk terbaik untuk kedepannya. Tidak ada yang tidak mungkin bagiNya memutar semua waktumu".
"Terima kasih sekali lagi. Tolong ajarkan aku tentang arti sebuah kesabaran dan kesetiaan. Dulu aku sempat memilikinya, namun beberapa hari lalu baru saja tertiup angin. Entah pergi kemana. Maukah kau mengajariku arti kesabaran dan kesetiaan ?", pintanya padaku.
"Pelajari yang tersurat dan pahami yang tersirat. Aku selalu ada untukmu. Anggap aku teman yang di kirim Allah SWT untuk membantumu menemukan jalan yang sedang di cari oleh lelakimu".

Tiba-tiba ia beranjak dan memelukku dengan erat kemudian berbisik padaku " Allah SWT telah mempersiapkan semuanya. Aku akan kejar dan dapatkan kembali kebahagiaan itu. Dan akan ku kenalkan kau pada lelakiku kelak ketika kita bertemu lagi"

Ia pergi...
Berlari dengan rambut terurai yang setengah mengering....
Kini aku mulai melihat awan hitam yang memudar perlahan ketika ia berlari...
Langkahnya tidak lagi gontai...
Senyumnya... ah aku terlalu suka dengan senyum simpulnya...
Aku penasaran, seperti apa lelaki yang ia bicarakan padaku ?
Setidaknya aku telah membangunkan semangatnya dan aku yakin Allah SWT sedang membantunya saat ini...

Ayu...
Dimanapun kamu berada saat ini...
Jangan pernah kau menyerah karena Allah tak akan pernah memberikan cobaan jika kau tak sanggup melewatinya...
Jangan pernah lelah untuk selalu menanti dan menanti...
Kelak jika kita bertemu lagi...
Aku masih ingin melihat senyum simpulmu itu...

Jangan pernah menyerah, Ayu... Janji ?

#KisahNyataSeorangTeman

Lelaki Terbaikku

Sinar matahari mulai menyelinap masuk ke dalam kamarku...
Entah apa yang membuatku membuka setengah kain menggantung di balik jendelaku...
Kursi putih kusam yang tepat berhadapan dengan pohon kesayangan...
Tak lagi dapat ku lihat seperti dulu...
Rambutnya yang mulai memutih dan tubuhnya yang tak setegap dulu...

Kalian memanggil siapa lelaki ini ?
Saat-saat paling bahagia ketika ia mulai membisikkanku lantunan adzan ketika aku hadir ke dunia ini...
Ahh... membayangkan setiap pesta pernikahan yang ada, pastilah pesta pernikahannya yang paling terbaik...
Lelaki terbaik di hidupku...
Aku menyebutnya... Papah...

Entah berapa tahun lagi aku dapat merasakan pagi seperti ini...
Melihatnya duduk termenung di depan pohon mangga yang ia tanam sendiri...
Menatapnya penuh rasa haru ketika aku harus selalu membuatnya repot...
Menjadikan ia penopang segala kebutuhanku semasa hidup...
Ia selalu menjadikanku putri kecil kebanggaannya...
Aku tak menampik jika sampai saat ini aku belum mampu membahagiakannya...

Kini usianya tak lagi muda...
Setengah abad akan ia datangi nantinya...
Seperti apa rupanya ketika ia menghalalkan aku dengan lelaki pilihanku...
Ahh.. aku tidak sabar menunggu hari itu...
Hari dimana akan ada lelaki hebat selain dirinya...

Tuhan... boleh aku berdoa untuk pagi ini ?
Berikan aku waktu untuk membuatnya bahagia...
Jadikan aku satu-satunya putri kecil yang memeluknya ketika ia renta...
Jika waktu semakin mendekati senja, beri ia waktu terbaik di dunia...
Waktu yang tega memakan semua langkah tegapnya...
Saat itulah, tolong berikan tempat terbaik di sisiMu kelak...
Berikan tempat terindah bersama wanita yang ia cintai yang ku panggil Mamah...
Dan kembalikan kami seperti sedia kala di surga nanti...
Terima kasih Tuhan...
Do'a panjangku di pagi hariMu...

Satu-satunya orang yang membisikkan lantunan adzan ketika aku lahir di dunia ini

Sabtu, 11 Januari 2014

Where are you now ?

Senja itu... di sebuah masjid dekat rumah...
Entah apa yang ada di dalam otakmu...
Kau mengajakku untuk sholat maghrib bersama...
Ah mas... selalu penuh dengan kejutan...

" Kamu kenapa nangis sayang ? ", tanyaku pada mas.
" Kamu mau tahu mengapa aku menangis tadi ? Aku bersujud di hadapanNya untuk memperkenalkan kau sebagai pendampingku kelak. Aku beruntung memilikimu. Jangan pernah tinggalkan aku ya. "

Mungkin aku adalah salah satu dari sekian wanita yang sangat beruntung memiliki lelaki sepertimu...
Ketika semua sedihku kau ganti dengan kebahagiaan...
Ketika semua masalahku kau ganti dengan rencana masa depan...
Ketika.... ah tak akan habis aku bersyukur padaMu ya Allah...
Terima Kasih...

Tapi mengapa saat ini arah langkahnya berubah ?
Itu bukan jalan yang dulu sering kita lewati bersama...
Jelas bukan... disana tidak ada kebahagiaan...
Mengapa ia mengarah pada ujung jalan itu ?
Hey... mas... kembalilah...

Mengapa kau bawa kebahagiaanku ?
Kau mau pergi kemana mas ?
Suaraku tak mampu menjangkau pundakmu untuk berbalik ke arahku...
Angin begitu kencang meniup semua kenangan kita satu per satu...
Bukan seperti ini masa depan yang kita rencanakan dulu...
Ah.. aku yakin ini hanya arah mata angin yang berubah....
Iyaa... hanya arah mata angin saja...

Sepekan sudah aku menunggumu di tempat yang sama...
Harum tubuhmu pun aku tak menciumnya...
Kemana sebenarnya lelaki kebanggaanku ini ?
Apa ia tahu arah pulang ?

Mas...
Aku tahu kau hanya tersesat dan saat ini sedang mencari jalan kembali...
Jangan kau bebankan dirimu untuk mencari jalan itu...
Aku siap untuk mengorbankan semua waktuku hanya untuk menemukan jalan itu...
Mas...
Tolong kembalikan separuh saja kebahagiaanku...
Kembalikan warna jingga di sela-sela warna hitamku...
Kembalilah jika kau sudah lelah mencari jalan itu...
Pintu rumahku masih selalu menunggumu kembali...
Aku merindukan ketukan khas dari tanganmu di depan pintu rumahku...

Tuhan...
Tolong jaga lelakiku dimanapun ia berada...
Saat ini aku kehilangan jejaknya...
Aku yakin ia tak pernah pergi... Mungkin ia hanya berjalan-jalan yang sedikit menjauh...
Ia hanya sedang tersesat dan tak tahu arah pulang...
Tolong bimbing ia Tuhan...
Terangi langkahnya dengan memori pengingat tentangku...
Bisikkan padanya bahwa " aku menunggu kedatangannya di balik pintu rumahku "

" Tok... Tok.. Tok... Tok... Tok... ". Ah... itu pasti mas...

#KisahNyataSeorangTeman

Kamis, 09 Januari 2014

Aku melepaskan kenangan kita

Pernah sempat aku menggantungkan harapanku padamu...
Padamu kini yang tak akan pernah bisa menatap kembali ke arahku...
Kala itu dirimu hanya berpamitan untuk sementara saja...
Aku sempat melihat secara perlahan tubuhmu pergi menghilang di pelupuk mataku...
Aku masih ingat jelas baju yang kau pakai kala itu dan parfum yang sekilas melewati indera penciumanku...
Jangan kau ragukan ketika aku harus menunggumu kembali...

Hari ini hari dimana aku mulai mengingat semua tentangmu...
Bahkan kenangan kita yang paling burukpun aku mengingatnya...
Disana seperti apa rupamu ? apakah masih sama ketika kau berpamitan padaku ?
Setiap aku mengingatmu, kepalaku terasa pusing. Aku lelah mungkin untuk sekedar hanya mengingatmu...

Apa aku harus menyesali pertemuan kita ?
Aku tak bisa terus menerus menyalahkan waktu pada setiap kenangan kita saling beradu...
Ah.. sudahlah...
Aku sadar... Kini aku tak pantas berada di sampingmu...
Biarkan aku bebas... Agar aku dapat mengingatmu tanpa beban...
Satu pintaku untukmu...
Jangan lagi kau membawa kenangan kita saat kau kembali...


Tolong bawa semua kenangan yang kau beri padaku... 

Rabu, 08 Januari 2014

Lembah Penyesalan

Penyesalan yang datang padaku setiap malam, membuat aku ingin segera menemuinya dan meminta maaf padanya. Awalnya memang hanya rasa angkuhku saja yang bersemayam cukup lama di dasar hati ini. Ini ceritaku. Terserah kalian menilai aku seperti apa. Tapi...

Malam itu aku menyesali kebodohanku atas dirimu...
Dulu aku sangat membanggakanmu...
Satu-satunya lelaki hebat untukku dan negara...
Yang jelas pada saat itu aku sangat mencintaimu...
Dunia tak perlu tahu seperti apa hubungan kita...
Yang jelas aku sangat beruntung memilikimu...

Penantian demi penantian telah aku rasakan...
Meski aku tak menemanimu dari sejak kau memulai duniamu ini...
Tapi... Justru di sinilah letak penyesalanku...
Aku jenuh dengan semua penantianku ini...
Aku merasa bebanku sangat berat bila mendampingimu...
Aku jenuh... jangan kau tanyakan lagi...

Entah apa yang merasuki pikiranku pada saat itu...
Aku membutuhkan sosok seorang lelaki yang selalu ada di sampingku...
Dan itu bukan kamu... Jelas bukan...
Waktumu untukku hanya saat kau ada kesempatan...
Lalu mengapa aku harus terus menunggu kesempatan itu ?
Kesempatan yang tak akan pernah jelas datangnya...

Berulang kali aku mencoba melupakan semua tentangmu...
Bukan.. Ini bukan kesalahanmu...
Ini hanya kejenuhan yang saat ini sedang aku rasakan...

Maafkan aku jika dulu aku sempat membuatmu bahagia...
Maafkan aku jika tiba-tiba aku meninggalkanmu...
Maafkan aku yang tak bisa mengimbangi setiap waktumu...
Karena aku terlalu mencintai lelaki dengan separuh waktunya hanya untuk aku...

Ini ceritaku... Penyesalan ? Mungkin. Di awal aku merasakan bahagia karena menemukan lelaki yang dapat memberikan aku waktunya. Tapi... Ia tak lebih baik darimu... Ia hanya memberiku waktu, bukan kasih sayang sepertimu... Aku merindukan setiap detik pengorbananmu untuk sekedar mendengar suaraku... Aku merindukan setiap kata-kata romantis yang hanya dapat kudengar dari balik gagang telepon... Maafkan ke egoisanku ini... Kalian boleh menghinaku, mencaciku, memakiku... Karena ini memang penyesalanku... Penyesalanku pada waktu... Bolehkah aku mengharapkanmu kembali ?

Dulu aku membenci setiap kata " andai ", kini aku mulai mengulanginya berulang kali. " andai " aku dapat memutar waktuku untuk bahagia kembali bersamamu. Boleh ?

#KisahNyataSeorangTeman


Sabtu, 04 Januari 2014

Tunggu aku pulang yaaa...

Kali ini, sebuah tulisan titipan dari mas untuk semua wanita terhebat kebanggaan lelaki negara...

Jika saja kau tahu seperti apa kehidupan disana ?
Sedikitpun tak pernah ku lupa kenangan indah kita bersama...
Jika saja kau tahu seperti apa aku membangun masa depan indah kita ?
Aku cari pondasi terkuat agar tak satupun kepingan hilang...

Ini kehidupanku...
Keras, disiplin, dan penuh dengan tanggung jawab...
Sekeras apapun kehidupan disana...
Aku lebih betah pulang kerumah dimana kau berada di dalamnya...
Bukan karena aku melankolis atau aku cengeng...
Tapi karena sosokmu mampu membuatku mencintai kehidupanku sekarang...
Mencintai jarak yang memisahkan kita...
Mencintai tugas yang terkadang menjauhkan kita...
Mencintai pertemuan yang membuatku melihatmu menjauh...

Bukan hanya kamu yang merasakan penantian saat kita bertemu...
Jika saja kau tahu, melewati hari dengan cepat itulah caraku...
Caraku menghitung hari agar aku bertemu denganmu...
Kurangkum kebahagiaan hanya dalam memori pengingat...

Terima Kasih ya Allah...
Kau ciptakan wanita dengan kesabaran yang sempurna...
Kau berikan ia hati selembut sutra...
Dan kau hiasi ia dengan kecantikan muslimah...
Bagaimana tidak aku tak mencintainya ?

Terima Kasih sayang...
Kau wanita terhebat yang aku miliki...
Biarkanlah waktu menjadi bagian dari kisah kita...
Aku pergi untuk mencari cerita dan masa depan...
Agar suatu hari nanti aku dapat membawa itu semua pada orang tuamu dan memintamu untukku selamanya...

Tunggu aku pulang yaaa...

Love is Waiting

Pagi yang tak pernah meninggalkan sejuknya...
Siang yang tak pernah berkhianat pada teriknya matahari...
Sore yang begitu indah dengan senjanya...
Dan malam yang menjadi pelindung pada selimut langit dengan anggunnya...

Namun... mengapa jalan yang memberhentikan aku melihat punggungmu adalah waktu ?
Mengapa sampai detik ini, aku belum dapat terbiasa dengan penantian ?
Dinginnya malam membuat semua persendianku kaku...
Saat itulah kau datang membawa senyuman hangat disetiap inci mimpiku berjalan...
Aku masih ingat benar... Ketika kau membagi kebahagiaan meski hanya lewat mimpi...
Berjalan bersama, membuat senyumku terus mengembang dan tak ingin ku akhiri ini semua...

Kehidupanmu yang harus aku jalani...
Hadirmu masih membayang di pelupuk mata ini...
Salahkah aku jika aku merindukanmu ?
Tak pernah aku sadari akan memiliki kesabaran dalam penantian ini...
Menjadikan aku ' wanita terhebat ' katamu...
Boleh ku ajukan beberapa pertanyaan mengenai dirimu sayang ?
Apa kau merindukan aku seperti aku merindukanmu ?
Kutunggu nanti malam untuk datang bersama dengan jawabannya...
Karena penantianku bukan untuk besok atau lusa...
Karena penantianku untuk selamanya...

~ Jangan pernah bosan untuk menunggu...karena sang waktu sedang mengujimu ~