Sore itu disebuah restoran cepat saji di kawasan pusat kota...
Entah mengapa hujan tak kunjung reda...
Berdiri seorang wanita dengan wajah sendu dan baju yang basah kuyup di guyur hujan...
Namun ada sebuah awan hitam memayungi ia dengan teduhnya...
Sinarnya tak nampak cerah...
Kuhampiri ia lalu ku payungi ia dengan tatapan sayu ia berkata...
"Terima Kasih..."
"Ada apa ? ku lihat hujan cukup deras, apa kau tidak membawa payung ?", tanyaku
Namun ia hanya menggelengkan kepala...
Ku ajak ia masuk ke dalam restoran cepat saji itu...
Waktu terbuang cukup lama disana..
Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya...
Ada apa sebenarnya dengan wanita ini ?
"Terima kasih karena telah menemaniku dan memberikan sedikit perhatian padaku. Boleh aku pinjam sebentar waktumu untuk menemaniku disini ?", tiba-tiba ia membangunkan lamunanku tentang dirinya.
"Ah... iya. Maaf boleh aku...". Belum sempat ku akhiri kalimat tanyaku, ia sudah memulainya kembali.
"Namaku Ayu... Entah mulai darimana aku harus bercerita. Jika saja kau tahu, cinta membuatku menutup mata dan percaya pada 10 tahun silam. Ketika itu usiaku tak lebih dari 15 tahun. Dia ketua kelas pada saat sekolah menengah pertama dulu. Dan aku sekertaris yang selalu ada disampingnya. Ah... kau punya jam ? Boleh kau putar sebentar saja, kembalikan aku pada masa itu ?", tuturnya. Jelas saja aku terperanjak kemudian melihat sekilas pada jamku yang menunjukan pukul 14.00 WIB.
" Sudahlah... aku hanya bergurau padamu. Aku hanya belum bisa melupakan semua kenangan indah pada masa itu. Ku jalani semua dengannya sehingga kini ia memberiku kehidupan cinta yang sebenarnya. Ia kenalkan aku pada agama yang kita anut bersama. Ia jadi imam terbaik setelah bapakku. Tapi...", kemudian bibirnya mengatup, kata-katanya terhenti seketika.
"Tapi.. kenapa ?", tanyaku penasaran.
"Kini ia tak lagi bersamaku. Keputusan orang tuanya yang tak dapat ia ingkari, membuatnya meninggalkanku di tempat biasa kita bertemu. Disini... Setiap siang hingga senja di penghujung hari. Aku selalu duduk menunggunya datang. Bubur ayam menjadi makanan kesukaannya ketika sedang bersamaku. Entah apa yang ada di benak kedua orang tuanya sehingga memaksanya untuk meninggalkanku. Satu dekade bersamanya bukan merupakan waktu yang singkat. Setiap sudut kota selalu terdapat bayangannya. Celoteh khas yang selalu menanyakan ' kamu sehat ga ? ada masalah ?'. Aku merindukan setiap apa yang ia lakukan dulu dan saat ini. Menurutmu, apa yang harus aku lakukan ?", tanyanya kembali membuyarkan lamunanku.
"Ahh...uhmm... menurutku kau harus ajak ia untuk berjuang. Berjuang bersamamu. Kau mencintainnya bukan ? jika ia, ajaklah ia", saranku.
........
Seketika ia hanya diam dan tak berkata apa-apa. Wajahnya ditekuk sehingga aku tak dapat melihat wajahnya yang ayu seperti namanya. Apa tadi aku salah bicara ? Astaga.. jangan-jangan ia tersinggung dengan kata-kataku barusan. Aku harus minta maaf, tapi bagaimana menyampaikannya ? ah pokoknya aku harus minta maaf. 1...2...3...
"Sudahlah, kau tak perlu merasa tidak enak. Aku menghargai saranmu, tapi jika ia tak mau berjuang denganku, bagaimana ? apa aku harus tetap bersikeras memaksanya ?", untuk kesekian kalinya ia mengagetkanku.
"Ayu... di dunia ini hanya ada 2 pilihan. Baik-buruk, kanan-kiri, atas-bawah, hitam-putih. Kau tak perlu mencemaskan itu. Kau hanya tinggal memilih, maju selangkah atau mundur seribu langkah. Dia bukan tidak mau berjuang denganmu, ia hanya sedang memikirkan strategi apa yang harus ia tempuh bersamamu ketika kamu dan dia memperjuangkan kebahagiaan di depan orangtuanya nanti".
"Iya.. dia sedang memikirkan strategi. Tapi apa perlu ia memikirkan sendiri ? lalu meninggalkan aku ???!", tanyanya padaku dengan nada tinggi.
"Terkadang orang membutuhkan waktu sendiri untuk berdebat dengan dirinya sendiri. Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Kadang hati dan pikiran tak pernah bisa menyatu. Itulah sebabnya tempatnya sangat berjauhan di dalam tubuh ini. Kau tak pernah tahu, letak jantung yang berada di tengah-tengah antara hati dan pikiran. Jantung bekerja sebagai penengah ketika hati dan pikiran tak lagi menyatu. Disanalah arti hidupmu berada. Tanpa detak jantung, kau tak akan berada di depanku kini. Begitulah posisi lelakimu, ia hanya sedang berusaha menyatukan pikiran, jantung dan hati. Agar suatu hari nanti, ia siap untuk mempertahankanmu di hadapan kedua orangtuanya".
Senyumnya tampak sedikit menyudut di lekukan bibir tipis itu...
Akhirnya aku dapat membuat sedikit goresan warna cerah di wajahnya...
"Beruntungnya aku hari ini bertemu denganmu. Kamu dan sejuta nasehat untukku. Lalu, menurutmu setelah ini aku harus apa ?", tanyanya lagi padaku.
"Kau masih bingung kemana kau mengadu atas semua keluh kesah dan cobaan hidup ini ? Allah SWT, tempat terbaik dimana semua masalahmu menemui jalan keluar. Allah SWT tidak akan meninggalkanmu seperti lelakimu meninggalkanmu. Sujudlah padaNya, minta petunjuk terbaik untuk kedepannya. Tidak ada yang tidak mungkin bagiNya memutar semua waktumu".
"Terima kasih sekali lagi. Tolong ajarkan aku tentang arti sebuah kesabaran dan kesetiaan. Dulu aku sempat memilikinya, namun beberapa hari lalu baru saja tertiup angin. Entah pergi kemana. Maukah kau mengajariku arti kesabaran dan kesetiaan ?", pintanya padaku.
"Pelajari yang tersurat dan pahami yang tersirat. Aku selalu ada untukmu. Anggap aku teman yang di kirim Allah SWT untuk membantumu menemukan jalan yang sedang di cari oleh lelakimu".
Tiba-tiba ia beranjak dan memelukku dengan erat kemudian berbisik padaku " Allah SWT telah mempersiapkan semuanya. Aku akan kejar dan dapatkan kembali kebahagiaan itu. Dan akan ku kenalkan kau pada lelakiku kelak ketika kita bertemu lagi"
Ia pergi...
Berlari dengan rambut terurai yang setengah mengering....
Kini aku mulai melihat awan hitam yang memudar perlahan ketika ia berlari...
Langkahnya tidak lagi gontai...
Senyumnya... ah aku terlalu suka dengan senyum simpulnya...
Aku penasaran, seperti apa lelaki yang ia bicarakan padaku ?
Setidaknya aku telah membangunkan semangatnya dan aku yakin Allah SWT sedang membantunya saat ini...
Ayu...
Dimanapun kamu berada saat ini...
Jangan pernah kau menyerah karena Allah tak akan pernah memberikan cobaan jika kau tak sanggup melewatinya...
Jangan pernah lelah untuk selalu menanti dan menanti...
Kelak jika kita bertemu lagi...
Aku masih ingin melihat senyum simpulmu itu...
Jangan pernah menyerah, Ayu... Janji ?
#KisahNyataSeorangTeman