Kamis, 07 Juni 2012

Kisah seorang teman

Hari ini, ya benar hari ini, Oh bukan, tapi beberapa hari yang lalu. Tepatnya saat dimana kehidupanku tiba-tiba berubah sangat drastis. Aku tak dapat lagi mengingat dengan jelas akan hari-hari sebelum hari ini. Terlalu sesak jika ku bayangkan bagaimana semua berakhir dengan sangat tragis dan aku muak untuk mengingatnya kembali. Aku yang masih membutuhkannya, aku yang masih ingin mendengar nasehat hangatnya, aku yang...

Hari-hari kulewati tanpanya. Aku berharap ini hanya sebuah mimpi buruk yang akan segera berakhir, namun ternyata aku tak sanggup bangun dan mengakhiri mimpi ini. Tuhan, aku sangat merindukannya...

Kau yang malam hari itu meninggalkan kami dengan berpakaian rapi dan terlihat berbeda. Padahal kau hanya berpamitan untuk membeli sebuah obat agar rasa sakit ditenggorokanmu tuntas segera. Namun kau sangat berpakaian rapi seakan hendak pergi jauh sekali. Andai saja , saat itu aku yang pergi. Mungkin aku tak akan merasakan sepi seperti ini. Andai saja saat itu kau tak sakit dan berencana membeli obat di malam hari, mungkin mimpi buruk ini tak akan berkelanjutan. Tapi Tuhan berkehendak lain...

Aku tak melihatmu merasakan sakit lagi, bahkan rasa menggelitik di tenggorokanmu hilang seketika saat sebuah benda bergerak beroda empat menghantammu dari belakang hingga kacamata yang dulu sempat aku berikan padamu, hancur seketika saat kau tersungkur menghadap bahu jalan. Aku marah semarah-marahnya pada Tuhan. Mengapa kau yang bijaksana berakhir dengan seperti ini ? Namun aku tak bisa marah padaNya.

Ayah...dimanapun kau berada, aku akan tetap mengirimkan do'aku untukmu. Aku janji akan menjaga ketiga adik-adikku. Aku janji akan menjadi anak yang berbakti pada Ibu. Aku janji ayah...

Aku masih menjadi anak perempuan yang kau sayang kan ?

" Mas "

Aku tak lagi berteman dengan gundah, tak lagi pula bersahabat dengan sepi
Seolah hadirmu memberi ruang kosong yang enggan ku isi dengan apapun
Setelah dulu terisi penuh dengan kebencian dan perasaan marah pada seorang teman yang kuubah menjadi kekasihku
Namun kini tak lagi
Tentu saja aku telah menemukanmu dan kembali kutorehkan pensil-pensil warna indah dalam sketsa hidupku
Terutama biru, aku suka warna biru
Kau kujadikan inspirasi warna biruku yang kemudian menjelma menjadi sebuah benda kesukaanku yang selalu tergantung indah bercahaya di langit gelap nan pekat di malam hari
Kau pasti sudah bisa menebaknya, yaa memang aku tak pernah bisa melewatkan malam-malamku tanpa menatapnya
Kau adalah dirinya, dan dirinya adalah Bintang
Kurasakan setiap detik menjadi lebih terang benderang oleh hadirmu
Tak perlu kau menjadi seperti dia yang dulu membuat hidupku karam
Aku suka kau seperti ini
Aku suka kau dikala kau mengumbar celoteh hangatmu menemani sepi jarak cengkrama kita
Aku suka kau karna kau membuat semuanya menjadi lebih indah disetiap detiknya
Aku bersyukur, Tuhan memberikan aku kesempatan untuk bertemu dan mengenal dirimu
Dirimu yang kini ku panggil " mas " ...

Rabu, 06 Juni 2012

Terima kasih sayang

Aku menunggu saat ini tiba. Ya, aku tahu kau pasti akan datang menguntai warna indah pelangi untukku. Kau juga terlalu khas menjijing keranjang kebahagiaan untuk kita nikmati. Apa ? astaga...kau tak lupa juga membawakanku sebuah apel merah delima yang terlihat manis. Terimakasih sayang, aku sangat mencintaimu. Kau adalah pemberianNya yang terindah setelah kedua orang tuaku dan adik tersayangku. Namun aku hanya terdiam saat ingatan itu kembali menyeruak masuk ke dalam mangkuk panas ini. Mangkuk panas ini ku sajikan untukmu, wahai pangeranku. Isinya sudah pasti kau tahu, sup ayam yang lezat. Aku tak lupa menambahkan sedikit cinta yang kutaburkan di sana. Kau suka ? Syukurlah...kau pasti lapar setelah menyusuri kaki mencari kayu bakar untuk kita tumpuk di perapian kesayangan kita. Aku masih sangat mengingat itu semua sayang, meski terkadang rindu menutupi sela-sela ingatanku dan berujung pada tetesan air mata yang membasahi kenangan kita. Ah kau sudah kenyang, bagaimana ? apakah kali ini sup buatanku menarikmu pada pelukanku ?  Kau selalu memujiku, meski terkadang sup buatanku tak seenak buatan ibumu. terimakasih sayang. Aku akan segera kembali, aku sudah berjanji akan ke pasar mengambil beberapa sayuran dan lauk pauk untuk kita makan nantinya. Kau istirahat ya sayang, aku mencintaimu. Andai saja aku tak beranjak dari sisi suamiku, mungkin air mata ini masih memenuhi kantong persediaan yang selalu aku jaga dengan senyum indah disetiap pagi melihatnya. Aku pulaannng .... Astaga ! sayang.... !

Aku menyesal meninggalkanmu sendiri dirumah. Sekelompok orang jahat itu datang dan membumihanguskan rumah tangga kita. Aku tak percaya , semua berakhir begitu cepat tak seperti perkiraanku. Bahkan kita belum mempunyai keturunan untuk kita ceritakan masa indah saat aku bertemu denganmu sayang. Jika waktu dapat ku putar kembali, aku akan selalu bersamamu meski maut merenggut kita secara bersamaan, jika aku tahu kau akan pergi meninggalkanku, aku akan membuatkanmu sup lezat tak ada duanya. Jika Jika Jika...

Dimanapun kau berada, aku tetap akan mencintaimu. Selamanya.

Kau

Dalam gelap kerapku bertanya akan arah mata angin cinta yang kau berikan
Tak sadar aku akan sebuah ilusi yang nyata akan hadirmu
Bolehkah ku pinta halusinasiku untuk sekedar menelisik kagum akan rupamu ?
Aku terenyuh gemertak sunyi memanggilku untuk berkata " ya "
Sungguh ironis aku memandangmu dengan pucuk mata indah ini
Aku hanya dapat memandangmu tanpa bisa merasakan harum tubuhmu
Kini ku bertuan, namun aku masih saja kasar masuk ke dalam benang-benang kabut ingatanmu
Aku terlalu munafik ketika aku berfikir bahwa kamulah yang aku inginkan
Aku terlalu naif bahwa aku hanya milikmu saat ini dan seterusnya
Wahai kau pemilik cawan indah yang rapuh terbawa anganku
Aku buta karena kau, aku melihat karena kau, dan aku terdiam karna kau
Kau kau kau...