Minggu, 26 Agustus 2012

Aku, Kamu, dan Dia

Ketika aku sejenak mengingat kejadian ataupun kenangan lalu tentang aku, kamu dan dia. Aku menyesal. Menyesal karna aku tak mampu mempertahankan ikatan yang sejatinya kau tali kencang namun sedikit demi sedikit kian menipis dan terlepas. Pergilah kau.

Aku ? aku masih tetap berdiri mematung dengan kekecewaan yang teramat dalam. Kau tak hanya pergi dengan angin pembawa rasa sakit tapi pergi dengan senyum dan tawa yang sejatinya itu milikmu dulu. Jelas saja kau hanya mampir sejenak. Tak lama . Bukan begitu ?

Ketika kau merasakan sepi yang teramat, kau tawarkan genggaman erat padaku dan dia yang kini masih berusaha mengikat kembali tali yang sempat terputus. Aku sangat menyayangi dia yang sekarang bersamaku.

Dia ? Dia masih saja ingin mengajakmu untuk bergabung dalam ikatan itu, namun kini ia hanya diam mengikuti apa yang kukatakan. Karna dia sudah terlalu lelah untuk mengajakmu tanpa kau perdulikan. Kini ia hanya berusaha dan berusaha mengikatkan kembali tali yang kini aku ganti dengan tali yang baru.

*Dan aku pastikan, tali itu hanya cukup untuk aku dan dia.

Sabtu, 11 Agustus 2012

.

Dalam diam aku bertanya pada dirinya. Kau merindukannya ?
Oh dengan lantang ia menjawab, Tentu saja sangat merindukannya.
Namun mengapa setelah itu raut wajahnya berubah masam dan sedikit menekuk lesu.
Oh dia hanya sedang memikirkan, betapa hebatnya lelaki yang ia cintai saat ini.
Lalu kemana kah gerangan sosok pangeran tampan berwajah menawan tersebut
Oh lagi –lagi ia menjawab dengan lantang, Dia sendang berjuang.
Dengan sedikit berbisik perlahan, ia menghampiriku yang sedari tadi bertanya terus.
Kau…
Ya kau…
Mau kah kau mendo’akan lelaki pembawa semangatku ? Saat ini ia sedang berjuang
Lalu dengan lantang ku jawab, Siapp aku akan mendo’akan lelakimu dengan segenap hati.
Dia mendekat, sangat mendekat lalu memelukku erat dan berbisik lirih di telingaku
“ Terima Kasih “

Jarak dan Kau

Terkadang rindu ini begitu lancang menusuk dan menelisik kedalam aliran darah dan hembusan nafasku. Terlalu sesak jika kuceritakan padanya. Dia sedang tak bersama cintanya sekarang, dia sedang bersama kantuk dan lelah yang ia kuasai. Tak apa, meski aku harus mengundang rindu masuk kedalam kerongkonganku, aku akan tetap merindukannya entah sampai kapan. Tak terbatas. Perjalanan yang kita lewati untuk sebuah kepastian, sangat sulit di jalani. Aku menemukanmu dari tumpukan jerami bekas sisa produksi kemarin, kau begitu indah menjelma menjadi sosok lelaki tampan tak berbicara sepatah katapun. Aku mencintaimu…Kini kau harus bergulat dengan waktu hanya untuk sekedar bertemuku. Bertemu diriku yang sedari dulu selalu merindu, merindu akan aroma tubuhmu yang selalu menyeruak masuk dalam bulu-bulu halus hidungku. Aku merindukannya…
Hangat peluk tubuhmu kian menderu, saat kau tak lagi bersamaku.
Hey, aku tak apa. Aku hanya sedikit jenuh merindumu, tapi kau tenang saja di sana, aku akan terus seperti ini, mungkin jenuh sudah menjadi sahabat karibku ketika kau tak ada di sampingku. Namun jenuh kali ini, aku sangat menikmatinya. Aku mencintaimu…

Aku mencintai kau, Wanitaku

Kau tanyakan perasaan ini padaku ? lalu aku harus menjawab apa. Jelas saja aku menyayangi kamu sayang. Tapi…maafkan aku jika aku tak bisa mewujudkan semua impian kita. Bukan ? bukan aku tak mau menjadi meja tempat kau merebahkan kepalamu, dan bukan juga aku tak mau menjadi punggung tempat kau bersandar padaku. Tapi…maafkan aku. Lagi – lagi kata “ tapi “ menghalangiku untuk membuat impian kita menjadi kenyataan.
Tuhan…aku sayang padanya. Aku nyaman padanya. Mengapa kau berikan rasa ini padaku dan padanya ? Aku harus apa untuk membuat semuanya terasa lebih indah di banding sebelumnya ? mengapa banyak sekali tanda Tanya mengelilingi otakku. Aku sayang padanya Tuhan….
Bayangkan bila aku dapat membuat senyum indah itu tetap bersanding di wajah mungilmu. Bayangkan bila aku masih setia merengkuhmu kala kau kesepian di saat-saat seperti ini. Aku menikmati jarak kita. Jarak yang kita lalui untuk saling bertemu. Ingin sekali memelukmu di antara jarak-jarak ini. Tapi, lagi-lagi “ tapi “ menghalangiku untuk mencumbumu dari balik tirai rindu kita.
Tenang saja wanitaku, kau akan selalu ada dalam gelas rinduku yang hampir tumpah karna terlalu penuh. Kau masih menjadi sisi terbaikku hingga aku benar-benar kehabisan cara untuk selalu memujamu dalam setiap nafasku dan do’aku. Aku wanita yang mencintaimu…

9 ( sembilan ) “ Tulisan Jelek “ untukmu

Kutunggu kau sampai hancur. Berlapis baja putih dalam balutan lumpur. Curahan asa dan titian tercucur, hanya untuk memiliki kuasa dalam hati yang terbentur.
Kubacakan hati yang hancur bersama jiwa dan tutur. Bersama pelangi kian melanturkan sebuah kerlingan abadi pembentuk nanar yang mati terbujur.
Aku kira kau hanya sebuah ilusi berdarah tak serta membawa cerita di masa lalu. Halimun terang hitam membeku berkuas alam untukmu. Namun gurat sedih halus mencekam kalbu.
Risalah hati bertamu rupa menawan. Menghadirkan keindahan cawan. Beralih pada wajah sang pangeran. Pembawa cerca kehidupan yang abadi di sepanjang hamparan.
Ku hadiahkan cawan tak bertuan. Meminta harap akan sebuah tumpuan. Aku seorang perempuan. Meminta belas kasih dari kau tuan.
Hujan membentur awan kian terkikis senja. Ku lontarkan pelukis kalbu untuk menghias jelaga. Bersama kilau berlian untuk menjaga. Menjaga hati yang berdahaga.
Kicau burung kenari. Membuatku ingin berlari. Menyongsong matahari untuk ku nikmati sendiri. Ada kau untuk kusadari, namun kilaunya sangat menyerupai. Ini hanya ilusi yang kucari. Serupa orang yang singgah kemari.
Guratan tekad untuk dirimu. Tak kuasa ingin ku ambil tubuhmu. Menjadi parasit kehidupan dalam relung hatimu. Dengan cara ini ku mengabdi padamu. Wahai kau, pecandu kasih yang ku mau.
Tulisan kesembilan untukmu. Ku berikan untukmu si Dingin yang ingin ku cumbu. Berlarilah kau menjauh dariku. Aku masih akan tetap membuatmu jatuh dalam pelukanku.

Dear Henry

Entah mengapa malam ini begitu sangat hangat sehingga aku dapat merasakan hembusan nafasmu. Aku terduduk mengenang semua yang pernah kita lakukan. Berada didekatmu membuat aliran darah ini sangat deras mengalir, aku gugup. Kau begitu sempurna dimataku, aku harap kau hanya menunjukan itu untukku saja.
                Tuhan . . . beri aku satu kesempatan lagi untuk sekedar memberi asa dan harap untuknya. Beri aku satu kesempatan lagi untuk melihatnya pergi dengan masa depan indah. Aku siap untuk melihatnya pergi dengan kaum adam lainnya untuk sebuah tugas Negara. Aku siap untuk memeluknya ketika waktu tak dapat lagi bersama dia. Aku siap untuk mengenang namanya disetiap doaku yang aku panjatkan padaMu.
                Awalnya aku hanya merasa merindukanmu lebih sakit ketimbang aku harus berhari-hari terbaring tak berdaya. Rindu itu sesak, tak bisa bernafas. Andai aku bisa mendengar suaramu atau hanya melihatmu dari kejauhan, itu sudah lebih dari cukup. Tapi apalah dayaku, Aku rela kau menempatkan posisiku di nomer 2 setelah tugas Negara itu.
                Pergilah sayang. . .pergilah . . .Ambil masa depan indah kita. Aku tak akan pernah memintamu untuk kembali kecuali cinta yang membawamu kembali padaku. Aku akan selalu menunggumu kembali padaku. Itu janjiku padamu.
                                                                                               
Your Beloved

Surat untuk Sang Pangeran

 Sebuah botol beling berisi sepucuk surat nan cantik. Kulayangkan padamu wahai pangeran serupa awan. Aku mengagumimu dari lubuk hatiku yang paling dalam. Tak kuasa ku harus membuatmu jatuh cinta padaku. Istanamu megah semegah hatiku padamu. Namun aku hanyalah mawar berduri yang tumbuh diantara bunga cantik lainnya di taman istanamu. Aku mencintaimu, pangeran.
Dalam sekejap ku yakin bahwa kau hanyalah untukku. Aku terlalu mengagungkan namamu disetiap deretan do’a malamku. Aku menjagamu dalam tidur panjangmu, aku selalu terjaga untuk sekedar menitipkan salam cinta terhangat untukmu di negeri seberang. Aku harap kau juga mencintai aku layaknya kau mencintai rakyatmu. Aku menyayangimu, pangeran.
Pangeran....oh Pangeran...
Ingatkah kau padaku ? Orang yang selalu kau lindungi dulu, orang yang sangat kau khawatirkan setiap waktunya, orang yang selalu kau peluk dikala dingin menderaku. Namun saat ini keadaan berubah sayang. Kau sangat tampan, kau persis sekali dengan ayahmu. Kau begitu perkasa dan gagah berani sehingga aku enggan untuk mendekatimu. Aku malu pada derajatku bak seekor ikan yang mengharapkan air di gurun pasir. Namun cinta ini masih tetap sama, untuk kau pangeran. Aku begitu mengagumimu wahai kau pangeran dalam negeri dongeng.