Sabtu, 11 Agustus 2012

Surat untuk Sang Pangeran

 Sebuah botol beling berisi sepucuk surat nan cantik. Kulayangkan padamu wahai pangeran serupa awan. Aku mengagumimu dari lubuk hatiku yang paling dalam. Tak kuasa ku harus membuatmu jatuh cinta padaku. Istanamu megah semegah hatiku padamu. Namun aku hanyalah mawar berduri yang tumbuh diantara bunga cantik lainnya di taman istanamu. Aku mencintaimu, pangeran.
Dalam sekejap ku yakin bahwa kau hanyalah untukku. Aku terlalu mengagungkan namamu disetiap deretan do’a malamku. Aku menjagamu dalam tidur panjangmu, aku selalu terjaga untuk sekedar menitipkan salam cinta terhangat untukmu di negeri seberang. Aku harap kau juga mencintai aku layaknya kau mencintai rakyatmu. Aku menyayangimu, pangeran.
Pangeran....oh Pangeran...
Ingatkah kau padaku ? Orang yang selalu kau lindungi dulu, orang yang sangat kau khawatirkan setiap waktunya, orang yang selalu kau peluk dikala dingin menderaku. Namun saat ini keadaan berubah sayang. Kau sangat tampan, kau persis sekali dengan ayahmu. Kau begitu perkasa dan gagah berani sehingga aku enggan untuk mendekatimu. Aku malu pada derajatku bak seekor ikan yang mengharapkan air di gurun pasir. Namun cinta ini masih tetap sama, untuk kau pangeran. Aku begitu mengagumimu wahai kau pangeran dalam negeri dongeng. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar