Kutunggu kau sampai hancur. Berlapis baja putih dalam balutan lumpur. Curahan asa dan titian tercucur, hanya untuk memiliki kuasa dalam hati yang terbentur.
Kubacakan hati yang hancur bersama jiwa dan tutur. Bersama pelangi kian melanturkan sebuah kerlingan abadi pembentuk nanar yang mati terbujur.
Aku kira kau hanya sebuah ilusi berdarah tak serta membawa cerita di masa lalu. Halimun terang hitam membeku berkuas alam untukmu. Namun gurat sedih halus mencekam kalbu.
Risalah hati bertamu rupa menawan. Menghadirkan keindahan cawan. Beralih pada wajah sang pangeran. Pembawa cerca kehidupan yang abadi di sepanjang hamparan.
Ku hadiahkan cawan tak bertuan. Meminta harap akan sebuah tumpuan. Aku seorang perempuan. Meminta belas kasih dari kau tuan.
Hujan membentur awan kian terkikis senja. Ku lontarkan pelukis kalbu untuk menghias jelaga. Bersama kilau berlian untuk menjaga. Menjaga hati yang berdahaga.
Kicau burung kenari. Membuatku ingin berlari. Menyongsong matahari untuk ku nikmati sendiri. Ada kau untuk kusadari, namun kilaunya sangat menyerupai. Ini hanya ilusi yang kucari. Serupa orang yang singgah kemari.
Guratan tekad untuk dirimu. Tak kuasa ingin ku ambil tubuhmu. Menjadi parasit kehidupan dalam relung hatimu. Dengan cara ini ku mengabdi padamu. Wahai kau, pecandu kasih yang ku mau.
Tulisan kesembilan untukmu. Ku berikan untukmu si Dingin yang ingin ku cumbu. Berlarilah kau menjauh dariku. Aku masih akan tetap membuatmu jatuh dalam pelukanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar