Jumat, 01 Februari 2013

Maafkan aku, Ardi

Cinta yang ku bangun atas dasar paksaan orang tua, membuatku harus kehilangan separuh belahan jiwaku pergi. Ardi, ya seorang abdi negara yang sangat aku cinta. Kedatangannya selalu ku nanti di depan pintu rumahku. 2tahun aku membina hubungan cinta dengannya, dan berharap akan berakhir pada pelaminan. Namun, keadaan seakan tak pernah ada di pihakku.

Kala itu kedua orang tuaku datang menemuiku di kamar
" Sinta sayang, mama sama papa mau bicara nak sama kamu ", mama memulai pembicaraan
" iya, ada apa ama ?", jawabku
" Sinta sayang kan sama mama dan papa ?", tanya mama
" tentu ma, jelas. Ada apa sih ma ?, jangan bikin sinta takut ", jawabku dengan mulai khawatir
" gini sayang, kalau Sinta sayang sama mama dan papa, Sinta pasti mau membahagiakan mama dan papa, ya kan ? mama dan papa mau minta tolong sama kamu, buat...", tiba-tiba perkataan mama terhenti dan disambung oleh papa
" buat memutuskan hubungan kamu dengan ardi ", tegas papa
Aku terdiam. aku bingung. Motif apa kedua orang tuaku yang dulunya sangat menyukai dan membanggakan Ardi, berubah malah menyuruhku untuk memutuskan dia. Apa salahnya ?
" Apa ??? kenapa ma ? pa ? apa salah Ardi ?", tanyaku beruntun
" Mama dan papa sudah menjodohkan kamu dengan anak temen papa dulu sayang. Ketika kamu masih kecil, kami berjanji akan menjodohkan kamu dengan anaknya ", jelas mama

Seakan ini memang tak pernah adil untukku, juga untuk Ardi.

Keesokannya, papa menyuruh Ardi yang kala itu sedang pesiar datang kerumah. Papa dengan berat hati membicarakan rencananya di depan Ardi. Saat itu aku hanya menangis di kamar, aku tak kuasa melihat wajah Ardi yang kala itu mendengar papa berbicara.

Bbraaaakkkkk !!!

Apa itu ? seketika aku keluar kamar. Ardi yang aku kenal seorang yang sabar dan pendiam, berubah menjadi seorang yang kasar. Ia menjatuhkan Pet ( topi ) di meja ruang tamu. Aku hanya bisa menangis dan terus menangis melihat dia seperti itu. Lalu dia pergi.

Kini delapan tahun sudah aku membina rumah tangga, namun tak kunjung mendapatkan putra. Aku mendengar kabar bahwa Ardi yang saat ini berdinas di Ibu Kota tak kunjung memiliki seorang pendamping. Maafkan aku Ardi, aku telah membuat kau membenci kota Pahlawan ini, sehingga selangkahpun kau tak pernah mau menginjakkan kaki ke kota tempat dulu kita memupuk cinta. Maafkan aku Ardi, kiranya kini aku ingin kau juga bahagia disana meski kita tak akan pernah bersatu. Maafkan aku Ardi, aku tak bisa mempertahankan cinta yang pernah kita jaga bersama, maafkan aku Ardi... maafkan aku.... maafkan aku...
Aku akan mencoba mencintai suamiku seperti aku mencintai kamu, walaupun tak akan pernah sama.

Diangkat dari kisah nyata seorang teman yang kini telah dikaruniai seorang anak laki-laki :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar